Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin (4 Khalifah)
Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin
(4 Khalifah)
Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah
(pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad
wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang
tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di
saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan
berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah
tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat
menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad
tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut
paham Syi'ah meyakini
bahwa Muhammad dengan
jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad
menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat
Islam, mereka merujuk kepada salah satu hadits Ghadir Khum.
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada
empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk
tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula
para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan sunnah. Salah seorang
yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah
ke-8.
Keempat orang khalifah pertama Islam yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
Awal Mula Khilafah Rasyidin
Khilafah Rasyidah merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang
diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.
Nabi Muhammad SAW tidak
meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai
pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan
persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena
itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan,
sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah,
Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.
Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin
maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun,
dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih.
Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634M)
Abu Bakar (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) Setelah Nabi Muhammad
SAW wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam
yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdul ka'bah bin Abi Quhafah, ia adalah
satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.
Nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin
Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin
Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay,
dan ibu dari Abu Bakar adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin
Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri
Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba
Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya
'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang
berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj
yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih
dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".sahabat Rasulullah
Abu Bakar ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Taim (ayah dan
ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim), sub-suku bangsa Quraisy.
Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan
kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang
bisa menafsirkan mimpi.
Masa bersama Nabi
Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama Abu
Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sejak saat itu mereka
berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama dan hanya berselisih 2
tahun 1 bulan lebih muda daripada muhammad, pedagang dan ahli berdagang.
Memeluk Islam
Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada
perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh nabi.
Abubakar kemudian mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,
Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam
Islam lainnya.
Istrinya
Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar
menceraikannya. Istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua
anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abd Rahman
berpisah.
Pada Masa
Khalifah
Langkah-langkah
kebijakan Abu Bakar
1.
Menumpas nabi palsu
2.
Memberantas kaum murtad
3.
Menghadapi kaum yang ingkar zakat
4.
Mengumpulkan ayat-ayat Al-Qu’an
Mengumpulkan
ayat-ayat Al-Qu’an. Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam berlangsung,
khalifah Abu Bakar menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat
kepada para sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar
bin Khattab. hal ini dilakukan guna menghindari perpecahan diantara kaum
muslimin.
Beberapa
saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk
menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam
bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar.
piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.
Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan
10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal 21
jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.
Di
masa pemerintahan Khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan
perselisihan antara Negara Islam dan sisa-sisa kabilah arab yang masih
berpegang teguh pada warisan jahiliyah “Tentang memehami agama Islam”. Namun
demikian, kegiatan (proses) pengaturan manajemen pemerintan Khalifah Abu Bakar
telah dimulai. Wilayah Jazirah Arab dibagi menjadi beberapa provinsi, wilayah
Hijah terdiri dari 3 provinsi, yakni Makkah, Madinah dan Thaif. Wilayah Yaman
terbagi menjadi 8 provinsi yang terdiri dari Shan’a, Hadramaut, Haulan, Zabid,
Rama’, al-Jund, Najran, Jarsy, kemudian Bahrain dan wilayah sekitar menjadi
satu provinsi.
Adapun
para gubernur yang menjadi pemimpin di provinsi tersebut adalah Itab bin Usaid,
Amr bin Ash, Utsman bin Abi al-‘Ash, Muhajir bin Abi Umayah, Ziyad bin
Ubaidillah al-Anshari, Abu Musa al Asy’ari, Muadz bin Jabal, Ala’ bin
al-Hadrami, syarhabi bin Hasanah, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid bin walid dan
lainnya. Diantara tugas para gubernur adalah mendirikan shalat, menegakkan
peradilan, menarik, mengelola dan membagikan zakat, melaksanakan had, dan
mereka memiliki kekuasaan pelaksanaan dan peradilan secara simultan.
Perang Riddah
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang
mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul.
Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan
sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam
secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni
penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen
dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal
dengan nama perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi
"Ibnu Habi al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah
al-Kazab (Musailamah
si pendusta), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi
Muhamad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan
oleh Hindun istri Abu Sufyan
karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa
Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk Islam serta
mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah
berkata, "Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah
(Hamzah) dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci rasulullah
(yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."
Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks
tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit
saat melawan Musailamah al-kadzdzab dalam perang Riddah atau juga dikenal
dengan perang yamamah, banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam
pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al
Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit,
dikumpulkan lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan
yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain
sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar.
setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian
disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad.
Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan
koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.
Kematian
Abu
Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61
tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid
Nabawi, di samping makam
Nabi Muhammad SAW.
2.
Umar bin Khattab (13-23H/634-644M)
Umar bin Khattab
berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah
saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya
Hantamah binti Hasyim, dari Bani Makhzum. 'Umar memiliki julukan yang diberikan
oleh Nabi
Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Pada zaman jahiliyah keluarga 'Umar
tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada
masa itu merupakan sesuatu yang langka.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan
dihormati oleh penduduk Mekkah.
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan
bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah),
Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol
sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang
memabukkan) secara tegas.
Memeluk
Islam
Ketika Nabi Muhammad
menyebarkan Islam
secara terbuka di Mekkah,
Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa
kaum Muslim
saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal
ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik
sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit
yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat
sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya
untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad .
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad ,
Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad , namun saat dalam
perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad
bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya
kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh
Nabi
Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar
terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya,
diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an
surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul
saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba,
dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar
menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah
kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini
selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang
terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad
kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar
dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati
lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Kehidupan
di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad dan
pemeluk Islam lain berhijrah
(migrasi) (ke Yatsrib
(sekarang Madinah) .
Ia juga terlibat pada perang Badar,
Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia dianggap sebagai seorang yang
paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang
memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang
terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad dan ajaran Islam pada setiap
kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang
dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad .
Wafatnya
Nabi Muhammad
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad pada 8
Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10
Hijriah) suasana sedih dan haru menyelimuti kota Madinah,sambil berdiri
termenung Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas
peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk
pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkata "Sesungguhnya beberapa
orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad . telah wafat. Sesungguhnya dia
tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti dilakukan Musa bin Imran
yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa
yang beranggapan bahwa dia wafat, kaki dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar
yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang
menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan, "Saudara-saudara!
Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad , Nabi Muhammad
sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup
selalu tak pernah mati!"
Abu Bakar
mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat
itu, bahwa Nabi
Muhammad , seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa,
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an, dan mencoba untuk
mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad yaitu
kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu, Umar sadar
kesalahannya dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Pada masa khalifah
Pada
zaman kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. sudah di peraktikkan konsep dasar
hubungan antara negara dan rakyat, pentingnya tugas pegawai pelayanan politik
dan menjaga kepentinggan rakyat dari otoritas pemimpin. Umar r.a. melakukan
pemisahan antara kekuasaan peradilan dengan kekusaan eksekutif, beliau memilih
hakim dalam sistem peradilan yang independen guna memutuskan persoalan
masyarakat. Sistem peradilan ini terpisah dari kekusaan eksekutif, dan ia
bertanggung jawab terhadap khalifah secara langsung
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam
tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian
Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara
dan Armenia
dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah
ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar
yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran
Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus
pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi
yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia
dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat.
Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad
bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil
membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama
terhadap Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk
memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja
(Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat di tempat lain agar
tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan di
tempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara
administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun
sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di
seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas
dan merenovasi Masjidil
Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di
Medinah.
Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang
sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat
kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya
mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk
(Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia
yang masuk Islam
setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia,
yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada
hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang
oleh Usman
bin Affan.
3. Utsman bin Affan (23-36H/644-656M)
Utsman bin Affan (574 – 656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 81–82
tahun) adalah sahabat Nabi Muhammad
yang termasuk Khulafaur
Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya
tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an.
Pada masa khalifah
Utsman adalah khalifah
ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat
nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga
khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya
dan ekonomi yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzun
Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah yaitu Ruqayah dan
Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari
golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah.
ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun
al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah sendiri
menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah
hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah
bertanya kepada Rasulullah , "Abu Bakar masuk tetapi engkau biasa saja dan
tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak
memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk
dan membetulkan pakaian, mengapa?" Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak
malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh
Rasullullah ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap
umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan
tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak
lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah.
Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di
Mekkah.
Utsman diperintahkan nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya
akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi
penduduk Mekkah.
Pada saat Perang
Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah
memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk,
Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang
tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli
mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000
dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut
dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua,
diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat
khalifah yang diusulkan yaitu Ali
bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul
Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam
dan Thalhah
bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad
bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri
hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu
cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang
berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama
dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H.
Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan
terstruktur.
Ia adalah khalifah kali pertama yang
melakukan perluasan Masjid al-Haram
Mekkah dan Masjid
Nabawi Madinah karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan
rukun Islam kelima (haji). Ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya;
membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya
dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan beberapa daerah kecil yang
berada disekitar perbatasan seperti Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat.
Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan
Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak
mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan
menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak
membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah.
Khalifah
Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Dia diberi 2 ulimatum oleh pemberontak (Ghafiki dan
Sudan), yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan
untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan
darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35
H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat
sedang membaca Al-Quran.
Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah perihal kematian Utsman yang
syahid nantinya, peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah
Utsman oleh para pemberontak selama 40 hari. Utsman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
4. Ali bin Abi Thalib (35 – 40 H = 656 – 661 M).
Alī bin Abī Thālib (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40
Hijriah/661 Masehi),
adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Ali
adalah sepupu dan sekaligus mantu Muhammad, setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra.
Ia pernah menjabat sebagai salah seorang khalifah pada
tahun 656 sampai 661.
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab,
pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya
bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia
Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat
menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan
32 tahun.
Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib,
bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari Muhammad . Assad yang berarti Singa
adalah harapan keluarga Abu Thalib
untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di
antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama Assad,
Ayahnya memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi
Allah).
Pada masa khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah 'Utsman bin Affan
mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah
membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu
menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam
dan Talhah bin
Ubaidillah memaksa
dia, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya
Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih
melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5
tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa
pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan.
Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa
pemerintahannya, Pertempuran Basra.
20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam,
Talhah bin
Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, Istri Rasulullah.
Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan
yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena
fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh
Nabi Muhammad ketika dia masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para
pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan,
menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang
tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga
akhir pemerintahannya. Pertempuran Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga
berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan
dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam
administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan
sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin
Muljam, seseorang
yang berasal dari golongan Khawarij
(pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya
pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali
dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang
menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Setelah nabi wafat
Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat
Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat.
Syi'ah
berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum)
bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila nabi wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat
Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang Quraisy bersepakat
untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya
Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke
Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah
bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama
"GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar
dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam
Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain dia berkata:
"Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya
Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang
memusuhinya"
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak
disetujui keluarga nabi, Ahlul Bait, dan
pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi
Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah
pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah nabi dimakamkan, ada yang
beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membai'at Abu Bakar
setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah
meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat
Ada
yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena
umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan
kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
Setelah
Khulafaur Rasyidin
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat
oleh putra Ali yaitu Hasan
selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan
menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan
kepada Muawiyah
bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat
mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah
Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan
Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun
persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)!
Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin,
dan dimulailah kekuasaan Bani
Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat
luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam
waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari
suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang
memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain
adalah:
- Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
- Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
- Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
- Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
- Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
- Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
- Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan
periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun,
(khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah
betul-betul menurut teladan nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam
berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu,
seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri
ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan
pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering
bertindak otoriter.
0 Response to "Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin (4 Khalifah)"
Post a Comment